TUGAS MAKALAH PAK REMAJA
DI SERAHKAN KEPADA
DESIRE KARO KARO
SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN
UNTUK MENGIKUTI MATA KULIAH
PAK REMAJA
DISUSUN
OLEH:
SEFRAN TSE
PROGRAM
SARJANA PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
SEKOLAH
TINGGI AGAMA KRISTEN ANAK BANGSA
SURABAYA 2015
DAFTAR
ISI
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................
I.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................
I.2 FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUKAN KARAKTER ..........................................
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................
A. PENGERTIAN PAK ...............................................................................................
A.a PENGERTIAN PAK REMAJA ..............................................................................
A.b PENGARUH PAK ...................................................................................................
B. PEMBENTUKAN KARAKTER REMAJA ...........................................................
B.1 PENGERTIAN KARAKTER .................................................................................
B.2 PENGERTIAN REMAJA .......................................................................................
BAB III KESIMPULAN ........................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
..............................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Masa remaja adalah masa pembentukan
identitas. Artinya, pada masa inilah terjadi proses pencarian dan pemantapan
sifat serta kebiasaan yang akan menjadi ciri khas seseorang dan yang akan
dipertahankan sampai sisa hidupnya. Dalam pencarian identitas ini, seorang
remaja sangat dipengaruhi oleh orang-orang disekitarnya dan yang paling dominan
yang mempengaruhi identitasnya adalah orang-orang yang paling sering ditemui.
Misalnya peranan keluarga dan teman sebaya.
Saat ini banyak remaja yang terlibat dalam
hal-hal yang salah seperti kecanduan narkoba, seks bebas, pola hidup konsumtif
dan lain sebagainya. Hal itu sering terjadi akibat pengaruh teman sebayanya
yang mengatakan “tidak gaul” atau “ketinggalan zaman”. Banyak remaja terjerumus
ke hal-hal seperti ini tentunya karena mereka tidak memiliki karakter yang
kuat.
1.2. FAKTOR-FAKTOR
YANG BERPERAN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER
Adalah hakekat manusia bahwa sejak terbentuknya seorang manusia baru-yakni –
sejak terjadinya conceptis antara sel telur dan sel kelamin
laki-laki – sampai menjadi tua, ia akan mengalami perkembangan.
Perkembangan-perkembangan ini akan dialami berbeda-berbeda sesuai dengan
fase-fasenya. Adalah pula hakekat manusia bahwa dalam perkembangannnya ia
membutuhkan orang lain. Dan orang lain yang paling utama dan pertama
bertanggung jawab adalah orang tuanya sendiri. Orang tuanyalah yang bertanggung
jawab memperkembangkan keseluruhan eksistensi si anak.
Termasuk tanggung jawab orang tua
ialah memenuhi kebutuhan-kebutuhan si anak, baik dari sudut organis maupun
psikologisnya, antara lain: makanan, minuman sampai kebutuhan-kebutuhan psikis,
seperti: kebutuhan akan perkembangan intelektual melalui pendidikan serta
kebutuhan akan rasa dikasihi, dimengerti dan rasa aman melalui perawatan,
asuhan, ucapan-ucapan dan perlakuan-perlakuan. Dengan demikian diharapkan si
anak akan dapat tumbuh dan berkembang ke arah pribadi yang harmonis dan matang.
Norma masyarakat
Kehidupan manusia dapat
berlangsung oleh hubungan-hubungannya yang terus-menerus dan timbal-balik
dengan lingkungan hidupnya, dengan alam sekelilingnya. Dalam hubungan
timbal-baliknya dengan lingkungan ini manusia dipengaruhi dan bisa mempengaruhi
lingkungan tempat ia berada. Adakalanya manusia bisa berbuat “sewenang-wenang”
terhadap sesuatu yang terdapat di lingkungannya demi kebutuhan pribadinya.
Contoh, sepotong kayu yang terletak di depan kita dapat dipotong-potong dengan
pisau sehingga berkeping-keping. Kayu itu dapat pula kita patah-patahkan; dapat
kita buang dan seterusnya. Kayu tersebut dapat kita perlakukan sesuai dengan
kehendak kita, sesuai dengan kemauan kita, tanpa orang lain merasa keberatan.
Akan tetapi, bila kayu tersebut masih berupa batang pohon jati yang
sengaja di tanam atau pohon mangga yang tumbuh di pekarangan tetangga, maka
kita tidak bisa berbuat semau kita terhadap kayu tersebut.
Contoh di atas menunjukkan bahwa dalam hal-hal tertentu
manusia bebas bertingkah-laku dan berkehendak, apakah tingkah laku itu untuk tujuan
pemenuhan kebutuhan ataukah untuk tujuan-tujuan lain. Di lain pihak kebebasan
tingkah laku ini dibatasi oleh adanya batas-batas atau norma-norma. Batas atau
norma-norma ini ada yang sengaja dibuat untuk mengatur kehidupan manusia
sebagai pribadi masyarakat dan Negara. Batas atau norma yang sengaja dibuat ini
memungkinkan manusia hidup dengan tata cara dan petunjuk-petunjuk yang teratur.
Teman sebaya
Jika kedua orang tua selalu
tidak benar, maka teman-teman tidak pernah salah. Pertimbangan dari teman-teman
sebaya mengenai pakaian, makanan, musik dan bahasa merupakan sesuatu yang
sangat penting. Mereka cenderung lebih menghargai pandangan yang diberikan oleh
teman-temannya. Bagaimanapun juga hubungan antara teman dapat menjadi kuat
seperti hubungan keluarga. Seperti apa pun teman-teman yang dipilih si remaja
pastilah dipilih karena suatu alas an. Kelompok teman menjadi sangat penting
baginya. Teman-teman merupakan bagian penting dari usaha seorang remaja untuk
tumbuh menuju kedewasaan. Persahabatan sangatlah penting, mereka tidak dapat
dengan mudah dipisahkan.
Dll.
Dari uraian di atas maka sangatlah penting peranana PAK dalam
pembentukan karakter remaja sebab jikalau dalam masa ini kita gagal dalam
memberikan pengararuh ataupun remaja gagal menadapatkan pengaruh yang positif yang berkaitan dengan pembentukan karakter
mereka maka pada umumnya karakter tersebutlah yang akan menjadi kebiasaan atau
karakter mereka ketika mereka menjadi dewasa bahkan sampai masa tua mereka.
Peran pendidik PAK dalam menngajarkan PAK juga turut mengambil bagian dalam
pembentukan karakter remaja, sebab remaja selain berada di lingkungan keluarga,
masyarakat, teman sebaya, remaja juga berada atau sebagian waktu mereka
dihabiskan di lingkungan sekolah, sehingga peran Pendidik PAK pun juga
membrikan sungsih kepada proses terbentuknya karakter remaja. Selain itu juga perlu untuk disadari bahwa
tidak semua remaja bisa atau mendapatkan pendidikan PAK yang baik ataupun benar
di ligkungan keluarga, masyarakat dan teman sebaya dengan melihat kenyataan ini
maka sangatlah perlu pembentukan karakter remaja di lingkungan sekolah mendapat
perhatian ekstra.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN PAK
Pada abad pertama kekristenan ada beberapa ahli
yang memberikan konsep tentang pendidikan agama Kristen. Seperti Agustinus
(345-340) mengemukakan bahwa Pendidikan Agama Kristen ialah pendidikan yang mengajak orang untuk dapat mengenal dan melihat siapa Tuhan. Dalam hal ini pendidikan yang diajarkan
berpusat pada Tuhan terutama dalam hal
penciptaan langit dan bumi.Sementara itu menurut Marthin Luther (1483-1548) PAK
adalah pendidikan yang melibatkan warga
jemaat untuk belajar tertib dan teratur agar semakin menyadari dosa mereka dan menikmati
kemerdekaan dalam Kristus, Dalam perkembangan selanjutnya menurut Campbell Wyckoff (1957) PAK adalah
pendidikan yang menyadarkan setiap orang
akan kasih Tuhan didalamYesus
Kristus,agar mereka menyadari keberadaan
diri mereka dan bertumbuh sebagai anak Tuhan dalam persektuan Kristen. Dalam Konferensi Kajian
PAK diSukabumi pada tahun 1955, Homrighaussen mengemukakan bahwa PAK ialah suatu proses yang
akan membawa setiap orang baik tua
maupun muda untuk masuk kedalam persekutuan yang hidup dengan, oleh dan di dalam Tuhan sehingga
terhisab dalam persekutuan yang memuliakan
namaNya di segala waktu dan tempat dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pendidikan Agama Kristen adalah usaha secara
sadar yang dilakukan oleh pihak gereja untuk memperkenalkanTuhan Tuhan didalam Yesus
Kristus dan Roh Kudus, agar generasi muda maupun tua mengimani persekutuan dengan
Dia yang membawa keselamatan dan
memuliakan nama Tuhan didalam kehidupannya
A.a PENGERTIAN PAK REMAJA
Pendidikan Agama Kristen Remaja adalah pendidikan yang berupaya menolong
para remaja untuk hidup dalam terang Injil, menemukan kepribadian yang tepat,
menerima tanggung jawab bagi makna dan nilai yang menjadi jelas bagi mereka
ketika mereka mengidentifikasikan diri mereka sendiri dengan tujuan dan misi
gereja dalam dunia. Para remaja dibentuk dalam paguyuban Kristen sehingga
mereka dapat mendengar Injil, mengalami maknanya, menyadari kasih Tuhan atas
hidup mereka, dan meresponsnya dalam iman dan kasih.
Pendidikan Agama Kristen untuk remaja merupakan pendidikan yang
menyadarkan setiap remaja akan Tuhan dan kasih-Nya dalam Yesus Kristus, agar
mereka mengetahui diri mereka yang
sebenarnya. Pendidikan ini bertujuan untuk menjadikan remaja bertumbuh
sebagai anak Tuhan dalam persekutuan Kristen, memenuhi panggilan bersama
sebagai murid Yesus di dunia dan tetap pada pengharapan Kristen. Kaum remaja
harus mengenal Yesus Kristus dan jika sudah mengenal Dia, harus rela memutuskan
segala ikatan lain untuk mengikut dan melayani Yesus. Jika remaja mau dipakai
Tuhan bagi pekerjaan-Nya, justru merekalah yang dapat menjadi alat yang sangat
berguna untuk membangun kerajaan-Nya di antara umat manusia.
A.b PENGARUH PAK
PAK memegang atau memiliki pengaruh yang sangat besar dalam terbentuknya
karakter remaja yang baik, sebab di dalam PAK yang diajarkan adalah hal-hal
yang berkaitan dengan kepribadian dan sifat-sifat Tuhan serta diajarkan juga
bagaimana remaja bisa bertemua dan mengalami Tuhan secara pribadi sebab ketika
remaja bertemu dengan Tuhan atau mengalami Tuhan secara pribadi maka hal itulah
yang akan memperbaharui ataupun mengubah karakter remaja, tidaklah cukup hanya
menngajarkan teori saja kepada remaja tanpa menuntun atau menolongnya untuk
mengealami Tuhan secara pribadi. Pengaruh Pak yang sangat kuat adalah jika PAK
diajarkan semenjak dari keluarga sebab keluarga merupakan lembaga awal di mana
seseorang bertumbuh dan mendapatkan berbagai macam hal baik itu hal-hal yang
memberikan pengaruh yang positif maupun negatif dengan kata lain keluarga
memegang peranan penting dalam terbentuknya karakter remaja yang baik dibanding
lembaga yang lain dan sangat penting untuk mengajarkan PAK di dalam keluarga
kepada remaja semenjak kecil sehingga menjadi modal dalam pembentukan karakter
remaja.
B.
PEMENTUKAN KARAKTER REMAJA
Proses terbentuknya
suatu karakter yang baik tidak terjadi dengan sendirinya akan tetapi merupaka
proses belajar baik langsung maupun tidak langsung dari dalam diri seseorang
ataupun dari lngkungan sekitar. Setiap pribadi
dikenali melalui sifat-sifat (karakter) yang khas baginya. Pembentukan pribadi
mencakup kombinasi dari beberapa unsur yang tidak mungkin dapat dihindari,
yaitu unsur hereditas, unsur lingkungan, dan kebiasaan. (1) Unsur hereditas
adalah unsur-unsur yang dibawa (diwariskan) dari orang tua melalui proses
kelahiran, seperti keadaan fisik, intelektual, emosional, temperamen dan
spiritual; (2) Unsur lingkungan mempunyai peranan dan pengaruh yang besar dalam
membentuk karakter dari pribadi seseorang. Unsur lingkungan disini meliputi
lingkungan keluarga, lingkungan tradisi dan budaya, serta lingkungan alamiah
(tempat tinggal); (3) Unsur kebiasaan adalah suatu tindakan atau tingkah laku
yang terus menerus dilakukan menjadi suatu keyakinan atau keharusan. Kebiasaan-kebiasan
ini akan turut membetuk karakter seseorang.
Secara umum ketiga unsur tersebut membentuk
pribadi seseorang. Tetapi, ada lagi satu unsur yang membedakan orang Kristen
dari yang bukan Kristen, yaitu unsur regenerasi atau kelahiran baru, yang bersifat
radikal dan supranatural. Justru unsur regenerasi ini sangat menentukan dalam
pembentukan karakter Kristen, karena tanpa regenerasi ini kita gagal
menyenangkan Tuhan. Melihat uarian di atas maka apa yang menjadi kebiasaan kita
atau yang sering kita lakukan saat ini jika dilakukan secara terus menerus maka
akan menjadi kebaisaan kita dan kebiasaan-kebiasaan yang sering kita lakukan
berulang-ulang akan membentuk karakter kita dan akhirnya akan menjadi karakter
kita atau akan menjadi kebiasaan kita, di sinilah letak pentingnya pengaruh PAK
yang sangat efisien sebab jikalau PAK yang menjadi kesukaan kita atau sering
kita membiasakan diri dengan mempelajari PAK serta melakukannya maka akan
membetuk pribadi kita yang baik
Alasan penting mengapa kita perlu mengajarkan dan menampilkan karakter
Kristen adalah: (1) Kemerosotam moral. Karena saat ini sudah begitu luas
kalangan yang merasakan terjadinya kemerosotan moral. Pengajaran karakter
adalah suatu perlawanan terhadap kemerosotan moral dan terhadap etika modern
yang rasionalistik yang dipengaruhi oleh pencerahan dan individualistik; (2)
Bahaya Pluralisme. Dalam zaman globalisasi dari postmodern saat ini kita
semakin menyadari berbagai aturan moral yang berbeda dari berbagai budaya yang
berbeda. Saat ini kita hidup disuatu zaman perjumpaan global dan keragaman
budaya, dan itu membutuhkan kemampuan untuk beradaptasi; (3) Pudarnya semangat
keteladan. Karakter dibentuk oleh orang-orang lain yang menjadi model atau
mentor yang kita ikuti. Orang tua, guru, pembina, pelatih yang menjadi model
atau teladan bagi kita turut membentuk karakter kita. Dengan dituntun atau
mengikuti dan meneladani para pembina atau sosok lain yang layak diteladani
kita belajar mengenali dan mewujudkan berbagai disposisi, kebiasaan, dan
keterampilan emosional dan intelektual yang dinyatakan oleh berbagai kebajikan.
Sayangnya, kebanyakan teori etika individualistik dan rasionalistik modern
kurang memperhatikan pengaruh-pengaruh ini, atau dengan kata lain semangat
untuk mewarisi keteladanan kebenaran ini semakin memudar.
Kita mengetahui bahwa identitas orang Kristen dikenal lewat dua kualitas
transformatif yang secara metaforis dinyatakan sebagai “garam” dan “terang”
dunia (Matius 5:13,14). Kedua metafora ini mengacu kepada “perbedaan” dan
“pengaruh” yang harus dimanifestasikan murid-murid Yesus kepada dunia ini.
Kedua metafora ini dapat diartikan sebagai “penetrating power of the Gospel”
yang harus dinyatakan oleh murid-murid Yesus yang sudah lebih dahulu mengalami
transformasi. Implikasi dari penegasan ini cukup serius, yaitu bahwa orang
Kristen secara harus memikul beban moral dari metafora-metafora ini secara
konsisten dan konsekuen. Lebih jauh, implikasi ini bukan sekedar penegasan,
tetapi merupakan sebuah panggilan bagi orang Kristen untuk melibatkan diri dan
memberi solusi dalam masalah-masalah dunia ini tanpa harus menjadi duniawi.
Tetapi, pengaruh kurangnya karakter yang baik merupakan aspek yang dapat
merusak kesaksian Kristen. Jika garam menjadi tawar maka ia tidak berguna
(Matius 5:13). Dan jika terang disembunyikan di bawah gantang maka ia tidak
dapat menerangi semua orang (Matius 5:15). Karena itu Kristus menegaskan,
“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat
perbuatanmu yang baik (kalá erga)dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (Matius
5:16). Kata Yunani “kalá erga” atau yang diterjemahkan “perbuatan yang baik”
menunjuk kepada perbuatan baik dalam pengertian moral, kualitas dan manfaat.
Dengan demikian, perbuatan baik adalah cermin dari kualitas karakter seseorang.
Karena itu, pentingnya karakter hidup Kristen dijelaskan oleh Stephen Tong
sebagai berikut, “Hal ini merupakan tugas dan fungsi akhir dari pendidikan
Kristen”. Selanjutnya Stephen Tong menjelaskan, “Kita sebagai orang Kristen,
selain memberikan hidup kepada orang-orang yang kita didik, selain kita
mengharapkan mereka memiliki hidup di dalam (inward life) yang sudah dilahirkan
kembali, mereka juga membentuk karakter diluar (outward character). Hidup ini
merupakan pekerjaan Roh Kudus melalui firman yang kita kabarkan, melalui Injil
yang kita tegaskan sebagai pusat iman, kita melahirkan mereka melalui kuasa
Injil dan Firman oleh Roh Kudus di dalam kuasa Tuhan.
kerusakan total dan ketidak mampuan total manusia
Manusia telah mati secara rohani sehingga memerlukan kelahiran kembali atau
hidup baru secara rohani. Akibat dari dosa pertama Adam dan Hawa, citra Tuhan
dalam diri manusia telah tercoreng dan mengakibatkan dosa masuk dan menjalar
kepada setiap manusia (Roma 3:10-12, 23; 5:12). Adam dan Hawa telah membuat
dosa menjadi aktual pada saat pertama kalinya di Taman Eden, sejak saat itu
natur dosa telah diwariskan kepada semua manusia (Roma 5:12; 1 Korintus 15:22).
Manusia telah rusak total (total depravity), tetapi ini bukanlah berarti (1)
bahwa setiap orang telah menunjukkan kerusakannya secara keseluruhan dalam
perbuatan, (2) bahwa orang berdosa tidak lagi memiliki hati nurani dan dorongan
alamiah untuk berhubungan dengan Tuhan, (3) bahwa orang berdosa akan selalu
menuruti setiap bentuk dosa, dan (4) bahwa orang berdosa tidak lagi mampu
melakukan hal-hal yang baik dalam pandangan Tuhan maupun manusia. Tetapi yang
dimaksud dengan kerusakan total adalah (1) kerusakan akibat dosa asal
menjangkau setiap aspek natur dan kemampuan manusia: termasuk pikiran, hati
nurani, kehendak, hati, emosinya dan keberadaannya secara menyeluruh (2
Korintus 4:4, 1 Timotius 4:2; Roma 1:28; Efesus 4:18; Titus 1:15), dan (2)
secara natur, tidak ada sesuatu dalam diri manusia yang membuatnya layak untuk
berhadapan dengan Tuhan yang benar (Roma 3:10-12).
Selain mengakibatkan kerusakan total pada manusia, dosa juga mengakibatkankan
ketidakmampuan total (total inability), yaitu bahwa : (1) Orang yang belum
lahir baru tidak mampu melakukan, mengatakan, atau memikirkan hal yang
sungguh-sungguh diperkenan Tuhan, yang sungguh-sungguh menggenapi hukum Tuhan;
(2) Tanpa karya khusus dari Roh Kudus, orang yang belum lahir baru tidak mampu
mengubah arah hidupnya yang mendasar, dari dosa mengasihi diri sendiri menjadi
kasih kepada Tuhan. Perlu ditegaskan bahwa ketidakmampuan total bukanlah
berarti orang yang belum lahir baru sesuai naturnya tidak mampu melakukan apa
yang baik dalam pengertian apapun. Ini berarti, orang yang belum lahir baru
masih mampu melakukan bentuk-bentuk kebaikan dan kebajikan tertentu. Tetapi
perbuatan baik ini tidak digerakan oleh kasih kepada Tuhan dan tidak pula
dilakukan dengan ketaatan yang sukarela pada kehendak Tuhan
Jadi, manusia dalam natur lamanya yang berdosa tidak menyadari dan tidak mampu
menanggapi hal-hal rohani dari Tuhan. Manusia tidak mampu melakukan apapun
untuk mengubah natur maupun keadaan keberdosaannya (Roma 3:9-20). Maka jelaslah
bahwa manusia memerlukan suatu perubahan yang radikal dan menyeluruh yang
memampukannya untuk dapat kembali melakukan hal yang benar menurut pandangan
Tuhan. Regenerasi adalah solusi yang disediakan Tuhan bagi manusia.
regenerasi sebagai akar dari karakter kekristenan
Regenerasi adalah perubahan yang radikal dan seketika yang diperlukan untuk
memampukan manusia yang telah jatuh ke dalam dosa untuk dapat kembali melakukan
hal yang benar menurut pandangan Tuhan. Regenerasi merupakan suatu perubahan
radikal dari kematian rohani menjadi kehidupan rohani yang dikerjakan oleh Roh
Kudus. Kita tidak memiliki peran apapun dalam kelahiran baru ini; sepenuhnya
merupakan tindakan Tuhan. Sebab jika kita telah mati secara rohani, bagaimana
mungkin orang mati dapat bekerjasama dengan Tuhan untuk menghidupkan dirinya
sendiri (Efesus 2:5)
1. Natur Regenerasi
Berdasarkan pengertian di atas ada tiga natur dari regenerasi, yaitu: (1)
Regenerasi merupakan perubahan yang terjadi secara seketika, bukan suatu proses
bertahap seperti pengudusan yang progresif. Paulus mengatakan, “telah
menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh
kesalahan-kesalahan kita - oleh kasih karunia kamu diselamatkan -” (Efesus
2:5). Disini, kata kerja yang diterjemahkan “menghidupkan (synezoopoiesen)”,
memakai bentuk aorist tense yang berarti tindakan yang seketika atau sekejap; (2)
Regenerasi merupakan perubahan yang supernatural (adikodrati). Kelahiran baru
bukan merupakan peristiwa yang dapat dilaksanakan oleh manusia (Yohanes 3:6).
Kelahiran baru sepenuhnya merupakan tindakan Tuhan. Secara khusus merupakan
karya Roh Kudus. (3) Regenerasi merupakan perubahan yang radikal. Istilah
radikal berasal kata Latin “radix” yang berarti “akar”, sehingga regenerasi
merupakan suatu perubahan pada akar natur kita. Dengan demikian regenerasi berarti:
(a) penanaman (pemberian) kehidupan rohani yang baru, karena pada dasarnya
manusia telah mati secara rohani (Efesus 2:5; Kolose 2:13; Roma 8:7-8). Manusia
yang telah mati secara rohani tidak mungkin dapat bekerjasama dengan Tuhan
untuk menghidupkan dirinya sendiri, karena regenerasi merupakan tindakan Tuhan
dan manusia hanya menerimanya; (b) perubahan yang total yaitu perubahan
mempengaruhi seluruh keberadaan kepribadian, yaitu pikiran, hati nurani,
kehendak, emosi. Alkitab menyebutnya sebagai pemberian “hati yang baru”
(Yehezkiel 36:26). Hati menurut Alkitab adalah inti rohani dari satu pribadi,
pusat dari seluruh aktivitas; sumber yang darinya mengalir semua pengalaman
mental dan spiritual, berpikir, merasakan, menghendaki, mempercayai, dan
sebagainya (Bandingkan dengan Amsal 4:23; Matius 15:18-19).
2. Regenerasi sebagai Awal dari Seluruh Proses Pembaharuan
Dapat dikatakan bahwa regenerasi adalah awal dari seluruh proses pembaharuan
dalam kehidupan seorang Kristen. Karena regenerasi merupakan pemberian hidup
yang baru, maka artinya regenerasi merupakan awal dari proses-proses
pembaharuan hidup. Dengan demikian, orang yang lahir baru telah mengalami
langkah pertama dari pembaharuan. Proses-proses pembaharuan hidup yang
mengikuti regenerasi itu bersifat progresif dan disebut “pengudusan yang
dinamis”. Paulus mengingatkan “..karena kamu telah menanggalkan (apekdysamenoi)
manusia lama (palaion anthropos) serta kelakuannya, dan telah mengenakan
(endysamneoi) manusia baru (kainon anhtropos) yang terus-menerus diperbaharui
untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” (Kolose
3:9-10). Dalam ayat ini Paulus bukan bermaksud memberitahu orang-orang percaya
di Kolose bahwa mereka sekarang atau setiap hari harus menanggalkan manusia
lama dan mengenakan manusia baru berulang-ulang kali, tetapi Paulus menegaskan
bahwa mereka telah mengalaminya pada saat regenerasi dan telah melakukannya
perubahan ini ketika mereka di saat konversi menerima dengan iman apa yang
telah dikerjakan Kristus bagi mereka. Kata Yunani “apekdysamenoi
(menanggalkan)” dan “endysamneoi (mengenakan)” menggunakan bentuk aorist tense
yang mendeskripsikan kejadian seketika. Jadi Paulus sedang merujuk kepada apa
yang telah dilakukan orang percaya di Kolose ini di masa yang lalu.
Lalu apakah yang dimaksud Paulus dengan frase “terus menerus diperbaharui”?
Walaupun orang-orang percaya adalah pribadi-pribadi baru, akan tetapi mereka
belum mencapai kesempurnaan yang tanpa dosa; mereka masih harus bergumul
melawan dosa. Pembaharuan ini merupakan proses seumur hidup. frase ini
menjelaskan kepada kita bahwa setelah lahir baru kita harus terus menerus
mengalami proses pengudusan mencakup pengudusan pikiran, kehendak, emosi, dan
hati nurani. Alkitab menyebutnya dengan istilah “pengudusan”, yang bersifat
dinamis bukan statis, yang progresif bukan seketika; yang memelukan
pembaharuan, pertumbuhan dan transformasi terus menerus (1 Tesalonika 5:23;
Ibrani 10:14; 2 Petrus 3:18). Selanjutnya, Paulus dalam Efesus 4:23
mengingatkan orang percaya “supaya kamu dibaharui (ananeousthai) di dalam roh
dan pikiranmu”. Bentuk infinitif “ananeousthai” yang diterjemahkan dengan
“dibaharui” adalah bentuk present tense yang menunjuk kepada suatu proses yang
berkelanjutan. Jadi, orang-orang percaya yang telah lahir baru dan menjadi
ciptaan baru di dalam Kristus masih diperintahkan untuk mematikan
perbuatan-perbuatan daging dan segala sesuatu yang berdosa di dalam diri mereka
berupa keinginan-keinginan daging (Roma 8:13; Galatian 5:19-21; Kolose 3:5),
serta menyucikan diri dari segala sesuatu yang mencemari tubuh dan roh (2
Korintus 7:1).
3. Peranan Regenerasi dalam Pembentukan Karakter Kristen
Regenerasi merupakan misteri karena merupakan karya Tuhan semata-mata dan kita
tidak pernah dapat melihat dan merasakan; kita tidak pernah tahu persis kapan
regenerasi itu terjadi. Kita hanya dapat mengamati efek-efek dari regenerasi
itu saja; dan mengamati bukti-bukti dari perubahan yang terjadi. Berikut ini
akibat-akibat dari regenerasi.
(1) Memampukan seseorang untuk bertobat dan percaya. Pada saat seseorang
dilahirkan baru maka ia dimampukan bertobat dari dosa-dosanya dan percaya
kepada Kristus untuk keselamatannya. Seseorang dapat memberi respon di dalam
pertobatan dan iman hanya setelah Tuhan memberikan kehidupan yang baru kepadanya.
Bertobat dan percaya disebut dengan istilah perpalingan (convertion). Bertobat
merupakan suatu keputusan sadar untuk berpaling dari dosa-dosa dan iman berarti
berpaling kepada Kristus untuk mengampuni dosa-dosa. Jenis iman ini mengakui
bahwa seseorang tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri dan pada saat yang
sama mengakui hanya Kristus yang dapat melakukannya (Yohanes 6:44).
(2) Perubahan atau transformasi. Kelahiran baru oleh Roh Kudus mengakibatkan
perubahan. Kelahiran baru ini tidak disadari atau tidak dirasakan saat terjadi,
tetapi dapat diamati lewat kepekaan baru terhadap hal-hal rohani, arah hidup
yang baru, serta kemampuan untuk hidup benar dan menaati Tuhan. Perubahan ini
meskipun tidak disadari, menghasilkan hati (kardia) yang diubahkan yang
memimpin kepada karakter yang diubahkan dan kemudian menghasilkan hidup yang
diubahkan (2 Korintus 5:17). Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa setelah
lahir baru kita harus terus menerus mengalami proses pengudusan mencakup
pengudusan pikiran, kehendak, emosi, dan hati nurani. Alkitab menyebutnya
dengan istilah “pengudusan” (1 Tesalonika 5:23; Ibrani 10:14; 2 Petrus 3:18).
(3) Pembaharuan pikiran. Paulus dalam Roma 12:2 mengatakan “Janganlah kamu
menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,
sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Tuhan: apa yang baik, yang
berkenan kepada Tuhan dan yang sempurna”. Kata Yunani “nous” yang digunakan
disini berarti “akal budi atau pikiran”. Pembaharuan nous adalah syarat untuk
bisa mengenal dan melakukan kehendak Tuhan. Apa yang diyakini oleh pikiran
(nous) akan mempengaruhi perilaku (behavior) seseorang (Rm 12:1-21).
Pembaharuan akal budi (nous) akan menghasilkan perubahan perilaku (behavior
transformation). Yang dimaksud dengan perilaku (behavior) ialah karakter,
sikap, perbuatan atau tindakan seseorang yang dapat dilihat (visible), diamati
(observable), dan dapat diukur (measurable). Jadi, perubahan perilaku akan
teraktualisasi dalam sikap, tindakan dan perbuatan karena telah mengalami pembaharuan
nous ( Efesus 4:17-32).
(4) Menghasilkan buah Roh. Regenerasi oleh Roh Kudus mengakibatkan kita mampu
menghasilkan buah Roh Kudus (Galatia 6:22-23). Buah Roh Kudus disini ditulis
dalam bentuk tunggal yaitu kata Yunani “karpos”. Walaupun buah Roh itu satu
(bentuknya), tetapi majemuk (sifatnya). Kesatuan dan banyak segi dari buah Roh
ini mencerminkan integritas dan keharmonisan. Dengan kata lain buah Roh Kudus
hanya satu, tetapi memiliki sembilan rasa. Buah Roh Kudus berasal dari dalam
dan tidak ditambah dari luar. Ini adalah hasil kehidupan baru saat orang
percaya dilahirkan kembali oleh Roh Kudus.
Membangun karakter kristen
Kelemahan atau kecacatan karakter merupakan tanda pada gangguan kepribadian
(personality disorder). Para psikolog dan praktisi kesehatan jiwa mengenali
sepuluh jenis gangguan kepribadian, yaitu: (1) Paranoid, polanya adalah orang
tidak mudah percaya dan selalu curiga; (2) Skizoid, yaitu orang mengalami
keterpisahan secara sosial dan emosi yang terkungkung; (3) Skizopital, yaitu
orang yang biasanya mengalami gannguan pikiran, perilaku eksentrik, dan
kapasitas yang kurang untuk berhubungan dekat; (4) Antisosial, biasanya
terdapat pada pola sikap tidak peduli, dan pelanggaran atas hak orang lain; (5)
Borderline, biasanya ditandai dengan ketidakstabilan dalam hubungan, gambar
diri, suasana hati, dan sikap yang impulsif dramatis; (6) Histrionik, polanya
adalah emosi yang berlebihan dan mencari perhatian; (7) Narsistik, polanya
ditunjukkan oleh adanya rasa sombong, haus pujian, dan kurangnya empati; (8)
Avoidant, biasanya dicirikan oleh adanya hambata sosial, perasaan tidak mampu,
dan kepekaan yang berlebihan terhadap kritik; (9) Dependent, pada masalah ini
terdapat kebutuhan yang sangat besar akan perhatian, sikap patuh, perilaku
bergantung, dan takut kan perpisahan; (10) Obsesif Kompulsif, biasanya ditandai
dengan kesenangan akan keteraturan, kesempurnaan, dan kontrol sebagai ganti
fleksibilitas, keterbukaan, dan efisiensi.
Berapa banyak orang Kristen telah bertindak bodoh karena tidak membangun
karakter yang kuat sehingga mereka menjadi lemah. Kita dikejutkan oleh laporan
berita mengenai pemimpin-pemimpin yang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), atau penyelenggara negara yang ditangkap polisi karena berusaha
melakukan kekerasan fisik terhadap istrinya supaya ia bisa bebas berhubungan
dengan kekasihnya. Atau para orang tua yang melaporkan pelecehan seksual yang
dilakukan oleh oknum guru terhadap anak-anak mereka. Ironisnya, beberapa dari
mereka adalah orang-orang Kristen! Akibatnya, orang Kristen dihina dan diejek,
dan perilaku yang buruk dari beberapa orang Kristen ini dijadikan tolok ukur
untuk menuduh bahwa Kekristenan penuh dengan kemunafikan. Meskipun tuduhan
tersebut tidak benar, sekali lagi, pengaruh kurangnya karakter merupakan aspek
penting yang merusak kesaksian Kristen.
Karena itu, Pemazmur mengingatkan kita “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami
sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mamur 90:12). Pada saat
seseorang menjadi cukup dewasa untuk menyadari betapa singkatnya hidup ini,
maka ia mulai sadar betapa berharganya seandainya ia telah belajar lebih awal
untuk menjadi bijaksana dalam kehidupan. Paulus menasihati, “Karena itu,
perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang
bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena
hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah
supaya kamu mengerti kehendak Tuhan” (Efesus 5:15-17). Jika kita berusaha
sungguh-sungguh untuk memiliki hikmat dari Tuhan, kita akan lebih mampu
meningkatkan kualitas diri, mengembangkan karakter dan nilai-nilai yang
mengalir dari hidup baru yang telah ditanamkan Tuhan dalam kita. Karakter kita
akan menjadi karakter yang saleh sehingga orang lain senang melihatnya, dan
memuliakan Tuhan (Matius 5:16).
1. Meneladani Karakter Tuhan
Studi tentang karakter seharusnya dimulai dari Tuhan, karena hanya Tuhan saja
yang memiliki karakter yang sempurna. Karena itu beberapa teolog lebih suka memberi
judul “Kesempurnaan Tuhan” ketika membahas tentang sifat-sifat Tuhan dalam buku
teologi mereka. Kesempurnaan Tuhan ialah totalitas dari sifat-sifat atau
karakter Tuhan sebagaimana dinyatakan Alkitab. Seluruh sifat (karakter) Tuhan
menyatakan kesempurnaan Tuhan! Para teolog sepakat bahwa ada beberapa
karakteristik yang hanya dimiliki oleh Tuhan saja. Para teolog menyebutnya
sebagai karakter Tuhan yang tidak dapat dikomunikasikan dan melekat hanya pada
Tuhan. Sedangkan beberapa karakteristik lainnya ditularkan kepada manusia yang
diciptakan secitra dengan Tuhan. Para teolog menyebutnya sebagai karakter yang
dapat dikomunikasikan.
Siapa orang yang kita kagumi akan mempengaruhi hidup kita. Bisa jadi kualitas
umum pada orang yang kita kagumi tersebut adalah karakter atau sifat-sifat yang
ada padanya. Jika kita mengagumi orang yang berkualitas, bukankah seharusnya
jauh lebih baik kita mengagumi kesempurnaan Tuhan yang hidup, yang daripadaNya
segala kebenaran, kebaikan, dan keindahan berasal? Sekilas, karakter Tuhan yang
luar biasa, indah dan menganggumkan itu terungkap dalam Keluaran 34:6-7
berikut, “Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: "TUHAN, TUHAN,
Tuhan penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya,
yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni
kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang
yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya
dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat”.
Ketika Tuhan menyatakan diriNya kepada Musa sebagai Tuhan yang penuh dengan
kemurahan dan belas kasihan, yang tidak lekas marah, yang berlimpah-limpah
kasih setiaNya, dan yang tetap mengasihi beribu-ribu keturunan serta yang
mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa, maka Tuhan menyatakan dengan sangat
jelas bahwa karakter pribadiNya adalah standar yang mutlak: Dengan standar
tersebut semua sifat ditetapkan. Tuhan tidak bertanggung jawab terhadap
siapapun, dan tidak ada standar lain yang lebih tinggi yang harus diikutiNya.
KarakterNya yang kekal dan tanpa kompromi adalah standar yang tak dapat berubah
yang kemudian memberikan arti terdalam dari kasih, kemurahan hati, kesetiaan,
dan kesabaran.
2. Membangun Karakter Tuhan di dalam Kita
Beberapa dari karakter Kristen yang disebutkan dalam Alkitab harus dikembangkan
dan ditampilkan oleh setiap orang Kristen, yaitu : integritas (Titus 1:7-9), kerendahan
hati (Matius 5:1-7; Markus 10:14-15; 1 Timotius 3:6), kasih dengan segala
karakteristiknya (Matius 22:37-39; 1 Korintus 13), melayani dan menolong (Lukas
10:25-37), kekuatan dan kebenaran batiniah (Lukas 11:37-53; 12:15; Yohanes
16:33), hubungan yang erat dengan Kristus (1 Timotius 6:11; 2 Timotius 2:22;
Yohanes 15:1-8), sukacita (Yohanes 17:13), kekudusan (Yohanes 17:16; 2 Timotius
2:22), damai ( 2 Timotius 2:22), sabar dan tekun (1 Timotius 6:11; 2 Timotius
3:10), lemah lembut (1 Tomotius 6:11; 2 Timotius 2:25), penguasaan diri (1
Timotius 3:2; Titus 1:8), tidak tamak dan tidak suka bertengkar (1 Timotius
3:2-3; 6:10-11), serta kualitas lainnya dalam 2 Petrus 1:5-8, seperti :
kebajikan, pengetahuan, ketekunan, dan kesalehan.
Karakter yang dipaparkan dalam ayat-ayat tersebut diatas memang sangat
mengagumkan, tetapi juga kita akui memang terlalu tinggi. Daya pesonanya
membuat banyak orang Kristen terpana bagaikan memandang gunung yang menjulang
tinggi dalam kemegahannya sehingga tertarik untuk mengukur ketinggiannya, namun
menyadari betapa kita terikat di bumi dan tidak memiliki peralatan untuk
mendakinya. Kita merindukan sifat-sifat ini tercermin dalam hidup kita dan kita
sangat mendambakannya, tetapi apakah mungkin kita mencapainya? Jika hanya mengandalkan
usaha pada manusia saja maka upaya itu akan sia-sia. Namun, Dalam Kristus kita
telah diperkenankan mendapat kuasa ilahiNya dan telah dikaruniai keistimewaan
yang tidak terbayangkan untuk ikut ambil bagian dalam kodrat ilahi (2 Petrus
1:3-4; 2 Korintus 5:17). Kita tidak hanya menerima hakikat (hidup) baru dalam
Kristus (Roma 6:6-13), tetapi kita juga didiami oleh Roh Kudus, yang
kehadiranNya dalam diri kita memampukan kita mewujudkan kualitas-kualitas
karakter seperti Kristus.
Perubahan atau transformasi rohani dan karakter yang benar berlangsung dari
dalam keluar, bukan dari luar ke dalam. Iman, kasih, pengetahuan, kesalehan,
ketekunan, kesetiaan, penguasaan diri, dan lainnya sebagainya, mengalir dari
kehidupan Kristus yang telah ditanamkan dalam diri kita saat kita lahir baru.
Saat kita mengembangkan dan membuat sifat-sifat itu menjadi semakin nyata di
dalam kehidupan kita, maka kita tidak hanya menjadi kesaksian hidup bagi orang
lain tetapi juga menyenangkan hati Tuhan. Sangat menakjubkan apa yang dapat
dilakukan Tuhan bagi orang-orang yang menginginkan pribadinya bertumbuh dan
karakternya berkembang. Kabar baiknya ialah, “Tuhan ingin kita berkembang
sepenuhnya”. Ia menebus kita untuk keperluan itu, Ia ingin kita bertumbuh dan
dewasa (sempurna) sama seperti Bapa surgawi kita sempurna (Bandingkan Matius
5:48). Rasul Paulus mengajarkan hal yang sama dalam Efesus 4:13-15, “sampai
kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak
Tuhan, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan
Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh
rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka
yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih
kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala”.
Mengembangkan karakter kristen sebagai ponadasi seumur hidup
Satu hal yang pasti, karakter tidak
pernah terbentuk secara instan, apalagi dalam satu malam. Membangun karakter
memerlukan waktu dan sikap dasar yaitu kesediaan untuk belajar dan berubah.
Banyak orang menginginkan untuk mampu secepat-cepatnya mengatasi masalah dalam
memperbaiki karakter. Mereka mengingingkan semacam formula ajaib yang dapat
secara seketika mengubah karakter mereka. Seseorang bisa saja mendapatkan
teknik mudah dan cepat, yang memberikan solusi sementara, seperti yang
ditawarkan dalam banyak buku yang ditulis para ahli saat ini. Itu memang
membantu, tetapi itu tidak dapat membentuk karakter yang kokoh. Pada dasarnya,
karakter yang kokoh dibentuk di atas landasan pengalaman, disiplin diri, dan
dedikasi. Jika seseorang hanya memiliki pencitraan atau rekayasa dan bukan
keaslian karakter yang kokoh, maka tantangan-tantangan kehidupan akan segera
menghancurkan solusi-solusi yang sementara itu.
Karakter adalah sebuah kekuatan yang tidak kelihatan. Karakter bertumbuh
melalui proses dan ujian. Karakter yang baik menghasilkan buah-buah yang unggul
dan berkualitas Buah-buah yang bermanfaat bagi kehidupan kita dan orang lain.
Buah-buah dari karakter antara lain: Integritas menghasilkan kewibawaan,
tanggung jawab menghasilkan kedewasaan, kejujuran menghasilkan kepercayaan,
ketulusan menghasilkan persahabatan, iman menghasilkan kekuatan, ketekunan menghasilkan
pengharapan, dan lain sebagainya. Tuhan Yesus berkata, “Demikianlah setiap
pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik
menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu
menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu
menghasilkan buah yang baik” (Matius 7:17-18).
Karakter Kristen dibentuk sebagai hasil perjumpaan dengan kebenaran Alkitabiah
yang menembus kedalam hati. Hal itu hanya mungkin terjadi jika seseorang
belajar firman Tuhan, merenungkan firman Tuhan itu dengan segala makna dan
penerapannya. Merupakan fakta yang terbukti bahwa doktrin (pengajaran firman
Tuhan) mempengaruhi karakter. Apa yang dipercayai seseorang sangat besar
mempengaruhi perbuatannya. Jika seseorang menerima dan mengikuti ajaran yang
sehat maka ajaran itu akan menghasilkan karakter ilahi dan karakter Kristus.
Paulus memberikan nasihat kepada Timotius agar “awasilah dirimu sendiri dan
awasilah ajaranmu” (1 Timotius 4:6,13,16). Selanjutnya Paulus berbicara tentang
“ajaran yang sesuai dengan ibadah kita” (1 Timotius 6:1-3), yakni serupa dengan
Tuhan dalam hal karakter dan kehidupan yang kudus.
B.1 PENGERTIAN KARAKTER
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) karakter
merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dengan yang lain. Oleh karena itu, karakter adalah nilai yang unik
baik yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku (Kemendiknas,
2010).
Sedangkan Scerenko dalam Muchlas Samani dan Hariyanto (2012:
42) menyatakan bahwa ”karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk
dan membedakan ciri pribadi, ciri etis dan kompleksitas mental dari seseorang,
suatu kelompok atau bangsa”.
Mengacu dari berbagai pengertian dan definisi karakter
tersebut, maka karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar positif yang
dimiliki seseorang, yang membedakannya dengan orang lain serta diwujudkan dalam
perilakunya sehari-hari.
Dalam pengertian sederhana pendidikan karakter
adalah hal positif yang yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada pserta didik
yang diajarnya. Winton dalam Muchlas Samani dan Hariyanto (2012: 43)
mendefinisikan “pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari
seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya”.
Menurut Scerenko pendidikan karakter dapat dimaknai
sebagai “upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif
dikembangkan , didorong dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah,
biografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi (usaha yang
maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari)”.
B.2 PENGERTIAN REMAJA
Remaja berasal dari kata latin
adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang
mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pasa
masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak
termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan
oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa
masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan
karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status
anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53)
masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang
mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun
bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan
pengertian remaja menurut Zakiah Darajat (1990: 23) adalah:
masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.
Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya
maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan
ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah
matang.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa
adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara
masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga
21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12
– 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18
– 21 tahun = masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono
membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12
tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun,
dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006: 192)
Definisi remaja yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah
Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa
masa remaja adalah masa peralihan
dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun,
dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik,
maupun
psikologis.
BAB III
KESIMPULAN
Masa remaja adalah masa pembentukan
identitas. Artinya, pada masa inilah terjadi proses pencarian dan pemantapan
sifat serta kebiasaan yang akan menjadi ciri khas seseorang dan yang akan dipertahankan
sampai sisa hidupnya. Dalam pencarian identitas ini, seorang remaja sangat
dipengaruhi oleh orang-orang disekitarnya dan yang paling dominan yang
mempengaruhi identitasnya adalah orang-orang yang paling sering ditemui.
Misalnya peranan keluarga dan teman sebaya.
Saat ini banyak remaja yang terlibat
dalam hal-hal yang salah seperti kecanduan narkoba, seks bebas, pola hidup
konsumtif dan lain sebagainya. Hal itu sering terjadi akibat pengaruh teman
sebayanya yang mengatakan “tidak gaul” atau “ketinggalan zaman”. Banyak remaja
terjerumus ke hal-hal seperti ini tentunya karena mereka tidak memiliki
karakter yang kuat.
Keluarga, masyarakat, sekolah dan
teman sebaya memiliki pengaruh dalam terbentuknya suatu karakter dan PAK
memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan suatu karakter yang
baik. Seseorang yang gagal dalam mendapatkan pengaruh yang baik dalam masa
remaja hal itu akan berpengaruh dengan karakternya ketika ia mulai beranjak
dewasa bahkan sampai masa tuanya. Dalam membnetuk suatu karakter tentu tidak
terlepas dari peran serta orang-orang disekitar atau orang-orang yang
berpengaruh bagi remaja dan jauh lebih penting dalam suatu pembentukan karakter
adalah melibatkan Firman Tuhan, Roh Kudus dan orang-orang yang secara rohani lebih
dewasa.
DAFTAR PUSTAKA